Pencair Batubara itu Adalah Jamur
Indonesia memang hebat, terbukti dari berbagai bidang banyak orang indonesia yang berhasil membuat karya, Seperti penemuan - penemuan orang indonesia yang luar biasa yang sudah saya tuliskan sebelumnya atau Ilmuwan Indonesia yang lahir kembali yang dianggap sebagai Habibi muda, Atau dalam keberanian indonesia untuk membuat PLTU terbesar di ASEAN. Itu semua adalah bukti bahwa Indonesia itu Hebat. Tak terkecuali dalam teknologi pencairan batubara bahkan menggunakan jamur yang sangat hemat dalam biaya.
Beliau adalah Dr. Pingkan Aditiwati (Dosen Progam Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati), Dr. Dwiwahju Sasongko, Ph.D (Dosen Progam Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Insutri), dan Dr. Dea Indriani (Dosen Progam Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati)
Metode Pencairan batubara Sebelumnya telah di temukan di Afrika Selatan dengan menggunakan metode yang terfokus pada konversi termal, seperti pirolisis, likuifaksi, gasifikasi, dan pembakaran metode ini sudah di bakukan yaitu Fischer-Tropsch atau teknologi SASOL (South Africa Synthetic Oil Liquid).
Namun kali ini tidak menggunakan semua itu. Berawal dari penelitian biodesulfurisasi (menguraikan sulfur pada batubara) yang dilakukan oleh mahasiswa doktoral dibawah bimbingan Dr. Pingkan, penelitian berlanjut pada pencairan batubara dengan menggunakan organisme dan dinamakan Teknologi Biosolibilisasi.
Jadi metode ini menggunakan organisme yang namanya adalah Teknologi Biosolibilisasi. Jauh dari penemuan sebelumnya yang befokus pada konveksi termal.
Teknologi biosolubilisasi ini dinilai memiliki beberapa sisi yang menguntungkan, seperti lebih ramah lingkungan, lebih murah, dan tidak banyak membutuhkan energi eksternal karena kondisi operasi yang lebih rendah (pada tekanan dan temperatur ruang) .
Organisme yang berperan dalam Pencairan batubara itu adalah jamur, lebih tepatnya jamur yang digunakan adalah jamur Trichoderma sp.
Metode solid state dilakukan hanya dengan menaburkan jamur pada batubara yang telah dihaluskan. Metode ini dirasa lebih efisien dari submerged. Hasil utama dari proses biologis ini adalah asam humat yang kemudian dapat difraksinasi sehingga dapat diperoleh fraksi-fraksi yang setara dengan bahan bakar cair, seperti bensin, solar, dan sebagainya.
Seperti itulah Pencairan Batubara Menggunakan Jamur yang dilakukan oleh peneliti dari Indonesia dan hasilnya luarbiasa yaitu berbagai bahan bakar yang bermanfaat. Jika ini dikembangkan dalam negeri suatu saat nanti Indonesia tidak akan kekurangan BBM murah. Dan tidak menutup kemungkinan bisa di kembangkan dengan bahan yang bisa dan mudah di perbaharui.
Sumber :
http://www.itb.ac.id/news/4795.xhtml
Proses Penelitain
Penelitian ini bermula dari keinginan sekelompok peneliti untuk meneliti suatu metode baru dalam pencairan batubara.
Beliau adalah Dr. Pingkan Aditiwati (Dosen Progam Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati), Dr. Dwiwahju Sasongko, Ph.D (Dosen Progam Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Insutri), dan Dr. Dea Indriani (Dosen Progam Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati)
Metode Pencairan batubara Sebelumnya telah di temukan di Afrika Selatan dengan menggunakan metode yang terfokus pada konversi termal, seperti pirolisis, likuifaksi, gasifikasi, dan pembakaran metode ini sudah di bakukan yaitu Fischer-Tropsch atau teknologi SASOL (South Africa Synthetic Oil Liquid).
Namun kali ini tidak menggunakan semua itu. Berawal dari penelitian biodesulfurisasi (menguraikan sulfur pada batubara) yang dilakukan oleh mahasiswa doktoral dibawah bimbingan Dr. Pingkan, penelitian berlanjut pada pencairan batubara dengan menggunakan organisme dan dinamakan Teknologi Biosolibilisasi.
Jadi metode ini menggunakan organisme yang namanya adalah Teknologi Biosolibilisasi. Jauh dari penemuan sebelumnya yang befokus pada konveksi termal.
Teknologi biosolubilisasi ini dinilai memiliki beberapa sisi yang menguntungkan, seperti lebih ramah lingkungan, lebih murah, dan tidak banyak membutuhkan energi eksternal karena kondisi operasi yang lebih rendah (pada tekanan dan temperatur ruang) .
Organisme yang berperan dalam Pencairan batubara itu adalah jamur, lebih tepatnya jamur yang digunakan adalah jamur Trichoderma sp.
Jamur Pencair Batubara |
Metode Penelitian Yang Di Gunakan
Dalam proses pencairan batubara ini terdapat dua metode yaitu submerged (dalam fasa cair) dan solid state (dalam fasa padat).
Metode Submerged (dalam fasa cair)
Metode submerged dimana batubara dihaluskan hingga berukuran 200-400 mesh kemudian didegradasi oleh jamur dengan air atau larutan sebagai mediumnya. Pada prosesnya, metode ini memiliki kesulitan pada saat pemisahan air dan pengotor lainnya. Terlebih, ketika telah diterapkan dalam skala besar, proses pemisahan ini tidak lagi efisien. Dan akhirnya metode ini di tinggalkan dalam penelitian.
Metode Solid State (dalam fasa padat).
Metode solid state dilakukan hanya dengan menaburkan jamur pada batubara yang telah dihaluskan. Metode ini dirasa lebih efisien dari submerged. Hasil utama dari proses biologis ini adalah asam humat yang kemudian dapat difraksinasi sehingga dapat diperoleh fraksi-fraksi yang setara dengan bahan bakar cair, seperti bensin, solar, dan sebagainya.
Seperti itulah Pencairan Batubara Menggunakan Jamur yang dilakukan oleh peneliti dari Indonesia dan hasilnya luarbiasa yaitu berbagai bahan bakar yang bermanfaat. Jika ini dikembangkan dalam negeri suatu saat nanti Indonesia tidak akan kekurangan BBM murah. Dan tidak menutup kemungkinan bisa di kembangkan dengan bahan yang bisa dan mudah di perbaharui.
Info Menarik lainnya Cara Menikmati Hari Tua, Gejala HIV/AIDS
Sumber :
http://www.itb.ac.id/news/4795.xhtml
Posting Komentar untuk "Pencair Batubara itu Adalah Jamur"